Anak Magang yang Dibukakan Pintu oleh CEO

Senin, 25 Juli 2011


Hari yang cukup menguras semangat. Setelah libur weekend 2 hari, kini saya harus kembali menjalani rutinitas dunia kerja sebagai salah satu karyawan magang di sebuah perusahaan multinasional di Ibukota.


Pukul tujuh kurang saya masih santai dengan minuman hangat di depan televisi. Saya harus masuk jam 8, sementara dibutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke kantor. Aaah...aku berjalan agak cepat, namun tidak secepat biasanya. Pukul 7.12 akhirnya bisa masuk ke dalam busway.


Perjalanan berlalu seperti biasanya. Tak ada yang istimewa kecuali rombongan anak-anak yang pagi-pagi sudah berangkat menuju Ragunan dan satu tempat duduk kosong buatku. Angkotnya pun sama. M17 Ragunan – Pasar Minggu yang melalui kolong tol. Aku turun di jembatan, naik lalu ke seberang dan akhirnya sampai di kantor.


Pukul 7.50 aku sampai di lobby depan. Beberapa menit kemudian sampai di penthouse (lantai teratas di gedung ini). Sampai di depan ruangan ada rekan magangku bersama karyawan senior yang terkunci di depan pintu. Ah, pintunya masih dikunci ternyata. Mas-mas OB yang membawa kunci pun membukakan pintu untuk kami.


Yak! Ruangan masih sepi, hanya kami bertiga dan cleaning service yang sedang membersihkan meja. Saat dia akan membuka pintu Sang Manager, Ibu Nina –pegawai senior yang tadi- berkata, “ Ga usah dibuka, Mas. Ibu ga ada seminggu ini. Dibuka lagi hari Jumat aja...”


Si “Bos” sedang ke Beijing. Kami bertiga, plus mas Agung –karyawan baru, yang baru datang juga- pun keluar untuk sarapan. Saya sendiri tidak tahu apakah sarapan ini hanya disediakan hari senin saja atau setiap hari. Ini baru hari Senin keduaku.


Dan baru sekitar jam 9 kurang, para karyawan datang. Padahal biasanya jam 8 mereka sudah ada disini. Supervisorku tak kunjung datang, dia berkata dia cuti hari kamis dan jumat. Lalu dia berkata lagi, mungkin senin masih cuti.


Dan mbak Shinta, yang biasa memberikanku “kerjaan” kalo mas Tommy –supervisorku- sedang tidak di tempat, juga tidak tidak masuk. Dia ikut ke Beijing menemani Bu Lola.


Ah aku benar-benar tidak punya hal yang harus dikerjakan. Aku buka saja laptopku, lalu sedikit membenahinya dengan TuneUp Utilities. Selesai. Aku tidak tahu lagi mau mengerjakan apa. Iseng saja aku buka Ms.Word, Excel, serta Foxit PDF Reader. Berpura-pura mengerjakan sesuatu.


Pukul 10.00 rasanya aku ingin sekali ke toilet. Aku pinjam saja ID teman magangku. Dia sudah memperingatkanku, “Itu nanti ga bisa buat masuk loh...” Aku tetap ngeyel. Ah biasanya tinggal mengetuk pintu, orang yang di dalam pasti berbaik hati membukakan pintu.


*setelah beberapa saat*


Selesai. Saatnya kembali ke kantor. Aku melihat melalui sela-sela pintu kaca sambil mengetuk pintu. Tiba tiba dari arah kananku muncul sosok tinggi berpakaian rapi dengan muka putih kemerahan khas orang luar. Dia sudah hampir masuk lift. Sampai akhirnya dia menegurku ramah.


“Can I help you? What are you looking for”


Okay. Aku mulai terkaget-kaget melihat wajahnya. Dialah orang yang fotonya ada di halaman utama intranet perusahaanku. Tidak main-main, dia muncul di kolom CEO Message.


Dengan terbata-bata aku menjawab, “No, Sir. I am a new trainee. I want to get in, but I don’t have ID Card yet.”


Bapak yang ramah tadi langsung menyambung pertanyaannya, di bagian apa kamu? Sudah berapa lama disini? Aku jawab sekenanya, refelks, “I’m in HR Dept. It’s about a week I am here.”


Tanpa banyak basa-basi, Mr. CEO menggunakan IDnya untuk membuka pintu. Aku belum sempat berterima kasih, dia terus saja berjalan ke ruanganku, menyapa beberapa wanita di depan pintu ruang HRD, “Morning ladies...” mereka menjawab spontan, “morning...” mungkin mereka kaget setelah melihat siapa yang menyapa mereka.


Aku tetap diam mengikuti beliau di belakangku. Aku pikir dia memang ada keperluan di ruang HRD. Dia memasukkan password dan menggunakan Idnya untuk membuka pintu. Dan begitu pintu terbuka, dia berjalan pasti ke tengah ruangan. Semua karyawan langsung kaget dan bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba Big Boss masuk ke HRD??


Mr.CEO lantas berseru kencang, “Is this your man?” sambil menunjuk ke arahku. Semua diam dan tetap melongo.


Ibu Nina menjawab “Yes, Sir”


Bapak tadi tersenyum dan tertawa kecil, lantas meninggalkan ruangan dan membiarkanku terdiam berdiri di tengah-tengah semua karyawan HRD.


Semuanya terdiam, masih kaget, dan bertanya “Lu minta dianterin dia tadi??”


Astagaaa... aku yang masih terkaget-kaget dan tidak percaya CEO membukakan pintu untukku hanya bisa bercerita terbata-bata sambil tetap berdiri seperti tersangka di tengah ruang sidang.


“Engga kok Bu... Jadi tadi (begini begini begitu dan seterusnya...)” Mereka pun tertawa ringan karena ulahku..


Sampai istirahat pun, teman magangku masih bertanya kepadaku tentang kejadian tadi. Aku pun menceritaknnya sambil tertawa. Saat istirahat aku juga menghibur teman-temanku yang sama-sama magang di tempat ini dengan cerita ini. Bahkan setelah selesai istirahat, Ibu Nina masih penasaran dan menanyakan hal yang sama. Dan pada akhirnya dia tertawa sambil nyeletuk “Lagian ngapain CEO masuk HRD??” Ah aku jawab dalam hati saja “Buat membukakan pintu anak magang, Bu...” hehehe :p


Moral of the story:

"Jadilah CEO yang baik, pemimpin yang sopan dan ramah, tetap rendah hati, tidak malu untuk membantu yang dibawah, meskipun telah sampai di posisi tertinggi"


Your excellency, Mr. Hans-Peter Haesslein

Tragedi Hari Ini

Malam itu saya lapar sekali. Makan nasi hanya di waktu pagi sewaktu masih berada di rumah kakak sepupu di Bogor. Siang tidak sempat makan, hanya meneguk minuman coffee botolan. Sore makan satu bungku sroti..


Setelah maghrib saya bergegas ke belakang kampus utk membeli nasi goreng.. Sayang beribu sayang, warungnya sudah gelap. Ibu penjual nasi goreng dan sate ituu sedang beres-beres membersihkan warungnya.


"Sudah tutup, Bu?" tanyaku.


"Sudah, Mas" katanya, "besok lagi aja..."


Aku pun pergi ke ***, tempat yang agak jauh dari kampus. Aku pergi seorang diri, mengelilingi tempat makan itu. Di bagian atas, tempat nasgor favoritku tidak buka. Di bagian bawah, tidak ada yang menjualnya. Sial sekali! Aku sudah berkeliling jauh-jauh tak bertemu seorang penjual nasi goreng pun. Aku pun kembali ke atas. Ternyata ada satu warung yang terlewatkan. Ah..Legaa... Segera aku pesan di situ.


Aku duduk sambil menunggu. Aku punya perasaan tak enak tentang uang yang aku bawa. Segera Aku mengecek isi kantong. Cuma ada 2 lembar uang seribuan dan beberapa recehan 500an. Dompet kosong! Hanya ada kertas dan surat-surat. Ah, Aku baru ingat uangnya ada di tas.


Uang di kantong tentu tidak cukup. untung tadi aku berkeliling tempat ini. Aku melihat ada temanku disebelah sana.. Aku menghampirinya. Dengan jujur aku berkata uangku tidak cukup..


"Hahaha... Ati-ati lho kak. Ntar disuruh nyuci, Lo" begitu candanya


Aku meminjam uangnya hanya Rp 5000.. Perkiraanku harganya paling cuma Rp 8.000, seperti biasa. Dengan PD gw melangkah pasti ke mbak2nya dan bertanya harganya..


"Sepuluh ribu, Mas..."


Jleb!! Sepuluh ribu?? How Come?? Gelisah aku dalam hati. biasanya juga 10rb masih ada kembalian. Apa karena aku sekarang memakai pakaian kerja dan rapi? Jadi dikira karyawan??


Maklum...ditempat ini kadang harga bervariasi. Mahasiswa vs Karyawan. Rapi vs apa adanya. terkadang meski makanan yang dibeli sama, harganya bisa berbeda..


Aku hitung2 dalam hati, uangku msh tetep kurang.. Jumlahnya hanya Rp 9500. Kurang gopek lagi! Aku beranikan diri. Aku sodorin saja semuanya.. "Maaf, mbak receh.." mbaknya hanya melihat sekilas. "Iya, Mas. Gapapa..." lalu memasukkan uangnya. Aku pun segera bergegas meninggalkan tempat itu, takut disuruh mencuci piring.. hehe


Aku berjalan agak cepat, sesekali menoleh ke belakang. Siapa tahu mbak tadi memanggil-manggil dan berteriak, "Woi, Mas!! Duitnya kurang gopek nih!!" Alangkah malunya aku kalo sampai hal itu terjadi..


Sudah agak jauh. Aku menghela nafas panjang. Untunglah..


Aku masuk ke dalam kampus untuk mengambil tas. Lalu naik ke foodcourt dg membawa makanan dari tempat tadi.. Agak aneh dan lucu memang.. Tak apa lah.. Aku membuka bungkusan plastik hitam, lalu kotak strereofoam nasi gorengnya. Dan waow. . .


TIDAK ADA SENDOKNYA!!


okay... Inilah akibat dari kurang membayar nasi gorengnya.. Tak ada sendok. dan aku yang sudah lapar bingung mau makan pake apa....

-.-a