Oleh - Oleh Hari Ini

Jika Anda berniat membaca ini, berjanjilah bahwa Anda akan membacanya sampai selesai. Karena pada akhirnya Anda akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari sini. Mungkin anda sudah sering membaca atau mendapatkannya, tapi. . .aaah... sudahlah... tidak ada gunanya saya memaksa Anda.. Please Enjoy.. Semoga bermanfaat :)


¤ ¤ ¤


Berawal dari pagi yang sungguh membunuh semangat...


Aaahhh... Sepertinya mata saya masih enggan terbuka, tertutup seperti kuncup bunga yang belum berkembang. Sepertinya kasur menjadi lebih indah dan bantal menjadi lebih cantik dari biasanya. Kalau bukan karena sebuah undangan, mungkin sekarang ini saya baru mandi dan keluar rumah untuk makan.


Pukul 08.51 WIB. Saya baru keluar rumah. Sebenarnya pada undangan tertera acara dimulai pukul 09.00 –meskipun saya sendiri belum melihat undangan itu-. Tapi menurut pengalaman dan perkiraan saya, jam sembilan pasti acaranya belum dimulai. Bakal ada waktu yang ngaret, molor, atau hal-hal lain yang membuat acara tidak berjalan tepat waktu.


Tapi ternyata saya salah, pukul 09.00 acara sudah dimulai. Meskipun hanya registrasi peserta, toh itu bagian dari acara. Dan dimulai tepat waktu! Saya dan kawan-kawan mendapat seminar kit, -seperti biasa-. Pukul 08.45 acara benar-benar dimulai. Pembukaan, sambutan dan doa. Hingga akhirnya menginjak materi pertama.


Beliau sudah sangat senior. Lulusan UGM tahun 1955 –if i’m not mistaken-. Kelima cucunya sudah selesai S1. Bahkan ada yang S2. Pelaku sejarah. Seorang yang senior, pernah ke Amerika, bahkan saat Indonesia masih berusia sangat muda.


Judul Seminar yang dibawakan beliau adalah “Kesadaran Bela Negara bagi Generasi Penerus Bangsa”.

Saya sungguh berharap sebagian dari anda yang membaca tulisan ini tidak akan langsung menutup tab dan berpindah ke laman lain begitu membaca judul seminar tersebut. Just stay, for a while.

Pada saat penyampaian materi, beliau lebih menekankan aspek lain ketimbang bela negara itu sendiri. Bangsa, sejarah, Pancasila, dan globalisasi. Cukup singkat. Hanya sekitar 40 menit beliau memaparkan materinya. Namun di saat sesi tanya jawab . . .


Banyak pertanyaan yang diajukan. Wajar saja. Dengan penjelasan sesingkat itu tentu tidak bisa mengcover semua pembahasan. Ada sekitar 7 atau 8 penanya –sebenarnya saya juga ingin bertanya-. Semuanya bagus, semuanya kritis. Dan inilah rangkuman jawaban dari sang pembicara yang saya kaitkan dengan pertanyaan mendasar dari dalam diri saya. . .


“Saya sepakat bahwa bela negara itu terus berkembang. Dulu, para pendahulu kita membela negaranya dengan berjuang secara fisik untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Seiring berjalannya waktu, perjalanan bela negara pun merangkul sisi yang lebih luas lagi, mengisi kemerdekaan.


Nah, sebagaimana tujuan dari bela negara untuk mewujudkan suatu negara yang berkeadilan sosial, sejahtera, menjunjung nilai-nilai kejujuran dan budi pekerti, serta sebagai salah satu jalan meraih cita-cita luhur bangsa Indonesia, saya rasa –dan mungkin anda akan setuju dengan saya- tujuan itu belum sepenuhnya tercapai.


Kondisi riil sekarang ini sangat berlawanan dengan tujuan mulia tersebut. Mari kita membahasnya satu persatu, dikaitkan dengan Pancasila... Perwujudan bela negara untuk meningkatkan penanaman dan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. –maaf jika terkesan berat, jujur sebenarnya saya bukalahn Guru PPKn, saya hanya mahasiswa biasa yang ingin menyampaikan pemikirannya-


1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Seharusnya sebagai umat beragama yang menghargai perbedaan dan menghormati sesama, kita bisa menerapkan tenggang rasa. Tapi dimana KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA?? Penganut agama atau kepercayaan satu menjelekkan agama/kepercayaan lain. Sengketa tempat ibadah, Bom di tempat ibadah, teror dengan berlandaskan agama... Hei, apakah Tuhan kita mengajarkan itu semua??


2. Kemanusiaan Yang Adil dan beradab

“Yang jujur malah hancur...” Ny. Siami, potret kejujuran hakiki asli Indonesia, dituntut untuk meminta maaf atas kejujurannya dalam membongkar kasus mencontek massal dalam Ujian Nasional. Anaknya dipaksa menjadi sumber contekan ke teman-teman sekelasnya saat ujian. Hal ini malah diorganisir secara rapi oleh pihak sekolahnya sendiri. Gotong royong yang “indah” bukan?? Tapi Ny. Siami malah diusir dari kampungnya, oleh tetangga-tetangganya sendiri, hanya karena satu hal, membongkar bobroknya pendidikan negeri ini! Inikah keadilan? Beginikah manusia yang beradab? Apa itu yang disebut dengan kemanusiaan??


3. Persatuan Indonesia

Masihkah kita bisa bersatu dengan banyaknya gerakan separatisme, perebutan wilayah dan budaya Indonesia?? Apakah semua lapisan di negeri ini bisa mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika? Aaaah...yang ada hanyalah kesenjangan yang terlampau jauh untuk disatukan. Si kaya dan si miskin dibatasi tembok besar nan kokok dan tinggi...


4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/Perwakilan

Wakil wakil rakyat kita -yang kita berikan kepercayaan dari rakyat- malah pergi berhura-hira ke luar negeri... Masih ingat kasus email Komisi VIII saat berkunjung ke Australia?? MEMALUKAN!! –sorry to say, but i have to be honest and to say it loud-. Bagaimana bisa wakil rakyat tidak bisa merakyat? Bagaimana bisa keputusan yang diambil harusnya bisa berpihak kepada kepentingan umum (rakyat), tapi mereka berniat membangun gedung parlemen mewah yang notabene digunakan hanya untuk kepentingan golongan tertentu saja?? BAGAIMANA BISA??


5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Jelas, masih banyak di luar sana rakyat jelata yang kelaparan, peminta-minta, dan bagian dari wajah wajah Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Namun tengoklah keatas, banyak elite politik yang korupsi, memakan uang rakyat lalu kabur entah kemana, berebut kekuasaan, dan aaah...masih banyak lagi... Keadilan sosial kita apakah hanya sebatas kata-kata?? Mimpi yang tak pernah terwujud?? Atau bulan yang selalu dirindukan punguk??


Saya tidak bermaksud memprovokasi, atau membuat Anda tidak mencintai negeri ini lagi. Jujur, bukan itu maksudnya. Saya hanya menyadarkan diri saya pribadi dan teman – teman semua bahwa apa yang terjadi dilapangan, tidak selalu sesuai dengan teori di buku. Mimpi tetap saja mimpi, jika kita tidak bangun dan mewujudkannya...


Lalu bagaimana??


HEY, BUKANKAH SEMUA BERAWAL DARI DIRI SENDIRI??

Kalo diri kita sudah lantang berkata “TIDAK” pada korupsi, kalau diri kita sudah bersikap tegas dan berani untuk TIDAK MELAKUKAN KORUPSI, LAKUKAN!!

Jangan menunggu orang lain.. jangan menunggu penguasa di atas berubah dulu... Keadilan bisa kita wujudkan, minimal dari diri kita sendiri...


KEMBANGKAN WAWASAN KEBANGSAAN

Cukup normatif ya?? Dulu, orang-orang Malaysia belajar di Indonesia. Dosen dosen sekolah di sana pun berasal dari Indonesia. Sebenarnya kita (pernah) lebih pandai dari mereka. Tapi lihatlah mereka sekarang, mereka lebih maju daripada kita. KENAPA??


TINGKATKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI

Jangan sampai hilang, kawan...


Semoga kita semuanya bisa mengubah Indonesia agar lebih baik. Membela negara bukan hanya soal membela secara fisik, kita juga harus membela Indonesia dari BELENGGU KEBODOHAN, JERATAN KEMISKINAN, TIRANI KETIDAKADILAN, DAN HILANGNYA MORAL BANGSA...


Terakhir, tulisan ini tidaklah ada gunanya jika hanya dibaca. Kata-kata hanyalah rangkaian huruf jika tidak diwujudkan... Semoga saya tidak hanya bisa bicara saja... Semoga kita semua bisa bertindak sebagai mana generasi penerus bangsa yang diharapkan Pancasila dan cita-cita luhur bangsa...


Amiin . . .”


MERDEKAAA!!!

SHARE THIS POST:
Lintasberita FB Share Twitter Share

0 comments: